Saturday, October 2, 2010

Din Syamsudin: Negara Biarkan Kekerasan

"Saya bersama tokoh-tokoh nasional lainnya sepakat bahwa negara tidak hadir."
Antique
Din Syamsudin (VivaNews/ Tri Saputro)
VIVAnews.com - Maraknya tindakan kekerasan yang terjadi beberapa hari terakhir seperti di Tarakan dan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan adalah fenomena yang menyedihkan.

Menurut Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, rentetan fenomena kekerasan ini muncul lantaran negara membiarkan adanya tindakan kekerasan.
"Saya bersama tokoh-tokoh nasional lainnya sepakat bahwa rentetan peristiwa kekerasan itu karena negara tidak hadir. Kekerasan itu ada karena ada pembiaran dan pengabaian oleh negara. Artinya negara yang ghoib di dalam menyelesaikan masalah," ujar Din seusai meresmikan RS PKU Surakarta, Sabtu, 2 Oktober 2010.


Fenomena kekerasan ini, lanjut Din, harus segera diselesaikan, bukan hanya dengan himbauan. Tetapi, dengan tindakan yang cepat dan tepat. "Harus segera diselesaikan, bukan hanya dengan himbauan sebagaimana yang sering dinyatakan Kepala Negara. Tetapi harus ada tindakan yang nyata dan tepat," tutur dia.

Menurutnya, fenomena kekerasan ini harus segera diatasi. Sebab, jika dibiarkan akan membuat bangsa ini sebagai negara kekerasan, state of vioelence. Untuk mengatasinya, tidak perlu saling menyalahkan satu sama lain.

"Bahkan, sempat ada pimpinan Nasional yang menyatakan bahwa masjid sebagai kampanye terorisme. Ini tentu saja bukan pernyataan yang arif dan tidak akan menyelesaikan masalah. Justru ini akan melukai perasaan dari mayoritas masyarakat Islam yang mengedepankan toleransi, kasih sayang dan perdamaian," ujar Din.

Namun, kalau ada tuduhan dari presiden bahwa masjid digunakan untuk kampanye terorisme bukanlah pernyatan yang arif, Din Berharap pernyataan seperti itu jangan terulang lagi.

"Sebenarnya dalam terorisme, ormas –ormas Islam, MUI, NU, dan Muhammadiyah sudah menampilkan perannya dan menunaikan tanggung jawabnya. Itu ada fatwa MUI terorisme, bom bunuh diri. Dan para ulama, dai, mubaligh kita berdakwah yang mencerahkan. Coba kalau dai dan mubaligh tidak berbuat akan  lebih banyak lagi masyarakat yang terpengaruh," kata dia.

Din justru mengkritik, gaya pemberantasan terorisme oleh Densus 88 Polri. ”Kelihatannya Densus 88 ini bergerak sendiri, semena-mena, tanpa konsultasi dan tanpa koordinasi. Seharusnya, kita mendukung pemberantasan terorisme. Sebab, terorisme musuh umat beragama, musuh agama. Tapi mari kita lakukan bersama-sama. Agar bangsa ini bisa keluar dari kemelut," ujarnya. (sj)

Laporan: Fajar Sodiq | Solo

No comments:

Post a Comment