|
“Mengenai masalah di Klaten, saya tidak tahu. Mungkin itu rekayasa, mungkin itu benar. Kita tunggu perkembangannya,” kata Baasyir saat mengisi pengajian di Masjid Ar Rohmat, Ngampilan, Yogyakarta, Selasa (29/6) malam.
Namun menurut Baasyir, jika meruntut kasus-kasus penggerebekkan yang dilakukan tim khusus Mabes Polri ini, tindakan dalam memberantas terorisme sangat kental dengan adanya unsur rekayasa. Kasus-kasus penggerebekkan yang dilakukan, kebanyakan akan diakhiri dengan jatuhnya korban jiwa.
“Kemungkinan memang ada rekayasa yang tidak menghendaki adanya jihad, tidak menghendaki adanya hukum Islam. Maka ini menunjukan, tanpa dihadapi dengan jihad tidak akan bisa,” kata Baasyir lantang.
Menanggapi adanya penggerebekkan kasus terorisme yang dilakukan tim Densus 88, yang kebanyakan terjadi di kawasan Sukoharjo dan sekitarnya, sehingga memunculkan anggapan Baasyir masih memiliki peran terhadap terorisme, ustadz kharismatik ini pun angkat bicara. Menurutnya, ada beberapa pihak yang memang sengaja melakukan upaya untuk membentuk opini publik seolah-olah dirinya terkait dengan kasus terorisme.
“Semua kejadian-kejadian itu memang ada arahnya kepada saya. Persoalannya, bukan karena saya ngebom atau apa. Persoalannya, saya mengkritik sistem yang kafir dan syirik. Saya menghendaki negara menjadi tauhid,” ungkapnya.
Tak hanya itu saja, menurut Baasyir, segala gerak-geriknya selama beberapa tahun ini selalu diawasi oleh aparat Kepolisian, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Tak hanya itu saja, bahkan kegiatan syiar agama pun sering mendapat halangan serta kendala.
“Memang betul, saat ini saya sedang diawasi. Pengajian saya di mana-mana diteror, Takmir Masjidnya, RT-nya, Lurahnya banyak yang gagal. Kalo Takmirnya tidak berani, ya gagal. Karena itu tadi persoalannya, saya menerangkan tauhid,” tandasnya. (Van)
No comments:
Post a Comment