JOGJA: Program Malioboro Car Free Day, yang dilaksanakan pada Sabtu (5/6) mulai pukul 07.00 WIB-10.00 WIB mendapatkan respons positif dari komunitas Malioboro. Sejumlah pedagang di Malioboro mendukung penutupan kawasan itu. Mereka tidak khawatir jika program pemerintah tersebut akan memengaruhi tingkat penjualan.
Salah seorang pedagang batik, Supardi, 45 memberikan apresiasi kepada pemerintah. Menurut dia, program itu justru harus dilakukan secara rutin. “Asalkan tidak sehari penuh saja,” kata dia. Pedagang lainnya, Slamet, 40, mengatakan menjadikan Malioboro sebagai kawasan bebas dari kendaraan bermotor justru akan membuat Malioboro semakin diminati oleh para wisatawan. “Selama ini Malioboro adalah ikon Kota Jogja. Karena itu, kawasan bebas kendaraan dapat membuat wisatawan semakin merasa nyaman,” tuturnya.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Jogja Suyana berujar rencana untuk menutup Malioboro setiap Sabtu terus diupayakan. Namun begitu belum ada keputusan secara pasti. Sebab, hal tersebut tidak mudah dilakukan. Selain itu, juga butuh banyak dukungan dari semua pihak.
Menurut dia, Malioboro bisa menjadi tempat nyaman dan menyenangkan jika tak ada kendaraan bermotor melintas. Hanya dua-tiga jam sehari, dianggap cukup mengingat arus kendaraan yang makin padat. “Seperti ini kan nyaman bagi pejalan kaki, penyepeda, dan mereka yang ingin berolah raga. Jika banyak dukungan untuk menjadikan Malioboro bebas kendaraan beberapa jam saja tiap Sabtu, mengapa tidak? Tapi kami perlu dukungan,” kata dia.
Penutupan ruas dilakukan kurang lebih sepanjang dua kilometer, dimulai dari Jalan Malioboro (depan Inna Garuda Hotel) sampai Jalan Ahmad Yani (perempatan Kantor Pos Besar Jogja). "Dari hasil pemeriksaan tingkat kebisingan di kawasan Malioboro memang di atas ambang baku mutu, sehingga perlu ada tindak lanjut. Pemberlakuan Malioboro Car Free Day," kata Sekretaris Badan Lingkungan Hidup (BLH) DIY Pujiastuti.
Diuraikannya, tingkat kebisingan dari hasil pemeriksaan pada Maret dan September 2009 di depan Pasar Beringharjo sebesar 73,7 padahal baku mutunya 7,0, sedangkan Pb (polutan timah hitam (plumbun atau timbal))-nya 1,13 sedangkan baku mutunya 2. Sementara tingkat kebisingan di depan RSU PKU Muhammadiyah Jogja mencapai sebesar 76%.
Dalam rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia kemarin, di Tugu puluhan siswa sekolah dasar bersama Ikatan Mahasiswa Yogyakarta (Imayo) dan Yayasan Green Network Indonesia membagi-bagikan 2.500 bibit pohon. Tampak pula dalam acara itu putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Pembayun.
"Aksi lingkungan ini diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mencintai lingkungan dan turut mengendalikan laju perusakan lingkungan," kata Ketua Umum Imayo Anton Prasojo.
"Aksi lingkungan ini diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mencintai lingkungan dan turut mengendalikan laju perusakan lingkungan," kata Ketua Umum Imayo Anton Prasojo.
Selain itu, kalangan perhotelan juga menggelar acara bertema lingkungan. Puluhan karyawan Hotel Santika Premiere Jogja misalnya, juga melakukan penanaman 22 pohon mahoni dan rambutan di pinggir Kali Code, RT 57 Gondolayu bersama warga. Karyawan hotel juga memasang alat deteksi banjir. Fungsinya, jika ketinggian air membahayakan, sirine pada alat itu akan berbunyi.
General Manager Hotel Santika Handono S Putro mengatakan hotelpun sudah menerapkan langkah-langkah penghematan, dari penggunaan listrik hingga kebutuhan air. ”Sejak enam bulan terakhir, pengeluaran biaya listrik berkurang. Dari semula 13 persen dari total biaya pengeluaran hotel, kini hanya 11 persen. Berkurang dua persen, sudah sangat menghemat bagi hotel,” kata dia.
Oleh Andreas Tri Pamungkas
HARIAN JOGJA
HARIAN JOGJA
No comments:
Post a Comment