Wednesday, June 9, 2010

Kinerja PDAM paling buruk

20100609111507_PDAM.gifWATES: Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) PDAM belum disetujui Pemkab Kulonprogo. Tahun ini PDAM diminta menekan kerugian hingga nol persen.
PDAM masih menjadi satu-satunya BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) yang memiliki kinerja paling buruk dan belum memberikan sumbangan signifikan bagi APBD. Alih-alih menyumbang, hampir setiap tahun PDAM justru selalu merugi miliaran rupiah.
Kasubag Perindag dan BUMD Bagian Perekonomian Pemkab Kulonprogo Nur Hidayanto kepada Harian Jogja mengatakan pada 2008 kerugian PDAM sekitar Rp1,14 miliar sedangkan pada 2009 kerugiannya mencapai Rp1,11 miliar.
“Tahun ini RKAP PDAM yang diajukan ke Bupati ditolak karena kerugiannya hanya ditarget turun jadi sekitar Rp500 juta. Sedangkan Pemkab meminta kerugiannya bisa sampai nol persen atau impas,” kata Nur, Selasa (8/6).
RKAP perusahaan yang memiliki sekitar 12.000 pelanggan itu sudah diajukan sejak Maret dan diminta direvisi sampai sekarang namun belum diajukan kembali.
Terpisah Tim Pengawas PDAM yang juga staf Bappeda Langgeng Raharjo menuturkan selama ini penyebab kerugian PDAM ada tiga faktor. Pertama, besarnya penyusutan aset mengingat aset PDAM sangat banyak. Kedua, tingkat kebocoran yang masih sangat tinggi, dan ketiga masih digunakannya tarif lama yang belum mampu menutup biaya produksi.
“Tingkat kebocoran PDAM masih sekitar 23,9 % sementara kebocoran maksimal standar nasional 20 %. Kebocoran ini terjadi baik di pipa transmisi dan water meter konsumen,” katanya.
Kebocoran pipa diklaim karena sudah banyak pipa PDAM yang usianya tua dan harusnya diganti namun belum dilakukan. Pemetaan terhadap pipa mana yang mengalami kebocoran di seluruh wilayah masih tak dapat dilakukan karena keterbatasan sumber daya.
Pipa PDAM di Kulonprogo meliputi sembilan unit pelayanan yang terbagi 12 titik. Diantaranya Wates, Nanggulan, Girimulyo, Sentolo, Kokap, Galur, dan Panjatan. Peremajaan pipa yang sudah dilakukan baru mencakup wilayah Clereng hingga Wates atau sekitar 2 kilometer dari 4,5 kilometer panjang pipa wilayah itu.
Sedangkan masalah tarif, saat ini yang berlaku yakni Rp1700 per meter kubik. “Kemungkinan tahun ini dinaikkan tarifnya agar mampu membantu menutup biaya produksi,” kata Langgeng.
Ditambahkan saat ini Pemkab bersama PDAM akan mengkaji berbagai hal untuk mempersiapkan berapa kirannya besarnya kenaikan tarif yang sesuai.
Sementara Direktur PDAM Isrok Ruruh Jatmiko mengatakan dari permasalahan yang membuat PDAM terpuruk saat ini pihaknya akan berfokus pada penekanan kebocoran di lapangan. “Target kita tahun ini normalisasi pipa dan menyempurnakan jaringan pipa dulu agar kebocoran paling tidak tercapai 20 persen,” katanya.
PDAM merupakan BUMD Kulonprogo yang sumbangsihnya pada APBD paling kecil sejak 2008. Sementara penyumbang terkecil kedua adalah PT SAK yang memproduksi aspal. Perusahaan ini baru saja merombak total jajaran direksi sebagai upaya pembenahan manajemen. Pada urutan ketiga ada CV Aneka Usaha dan paling stabil penyumbang APBD adalah Bank Pasar.

Oleh Pribadi Wicaksono
Harian Jogja

No comments:

Post a Comment