Thursday, June 10, 2010

Leptospirosis serang warga Moyudan

20100610102657_tikus.gifMOYUDAN: Penyakit leptospirosis masih menyerang warga di Kecamatan Moyudan. Hingga Rabu (9/6) terdapat 20 warga terjangkit penyakit yang disebabkan kencing tikus ini, dan 4 diantaranya meninggal dunia.

Menurut Kepala Desa Sumberrahayu Moyudan, Edy Taslim, sepekan terakhir warga yang terserang leptospirosis meningkat. Penyebarannya terjadi di 4 padukuhan yakni di Padukuhan Gamplong IV (4 penderita), Padukuhan Dagen (6 penderita), Padukuhan Kembangan I dan II (4 penderita). Di samping itu ada 4 warga yang meninggal  dunia, yakni berasal dari Padukuhan Dagen (3 orang) dan Gamplong IV (1 orang).

“Tapi saya rasa masih banyak lagi yang belum terdeteksi. Yang tercatat ini adalah mereka yang sudah memeriksakan diri di Puskesmas,” kata Edy kepada Harian Jogja, ketika ditemui di kantornya, Rabu (9/6).
 
Dikatakan, penderita leptospirosis itu rata-rata adalah petani yang sudah berusia 40 – 60 tahun. Ia menduga karena air irigasi di Selokan Mataram itu sudah terkontaminasi kencing tikus. Bakteri leptospira itu jika mengenai anggota tubuh yang luka maka akan terinfeksi dan menyebabkan penyakit ini bersarang di tubuh penderita. “Saya sendiri kemarin sempat terserang. Tapi keadaan sudah membaik,” akunya.

Edy mengatakan penyakit leptospirosis sepertinya sudah menjadi penyakit tahunan. Pasalnya setiap tahun selalu saja merenggut korban jiwa. Bahkan tahun lalu di desanya pernah terjadi KLB leptospirosis dengan jumlah warga yang positif 35 orang. Hal ini disebabkan karena banyaknya wabah tikus di lahan pertanian.

“Predator ular dan burung hantu semakin berkurang, banyak pemburu liar yang masuk ke hutan-hutan untuk berburu, sehingga memutus mata rantai,” kata dia.  

Kejadian yang sama juga terjadi di Desa Sumbersari Moyudan. Menurut Kepala Desa Sumbersari, Bambang Sarjono  sebanyak 2 warga positif terjangkit leptospirosis. Dua warga itu berasal dari Dusun Nglahar, dan sampai saat ini masih mendapat perawatan intensif di rumah sakit.

 “Keduanya masih dalam perawatan, dan belum ada warga yang meninggal. Yah jangan sampailah,” kata dia

Bambang mengatakan, Balai Penelitian Reservoar dan Vector (BPRV) Husada Bakti, Salatiga saat ini sedang mengambil sample air dari saluran irigasi di wilayah Dusun Nglahar. Untuk kemudian diperiksa apakah betul air di saluran irigasi itu mengandung virus leptospira.

Selain itu Balai Besar ini juga memberikan bantuan berupa 200 alat perangkap tikus untuk wilayah Dusun Ngaglik dan Bendosari. Ia juga mengatakan penyebabnya karena tikus semakin mewabah di lahan pertanian.

“Tahun ini diperkirakan ada penurunan sebesar 25% untuk hasil panen dibanding tahun lalu, karena serangan tikus itu,” ungkapnya.
Oleh Theresia T. Andayani
HARIAN JOGJA

No comments:

Post a Comment