
Pemberlakukan rayonisasi elpiji 3 kg dituding menjadi memicu kenaikan harga di tingkat eceran. Selain mewajibkan agen hanya boleh mendistribusikan elpiji di dalam rayon, pembatasan pasokan di sejumlah agen, pangkalan dan pengecer serta penertiban tata niaga gas berperan besar dalam kenaikan harga.
Pemilik pangkalan di depan Stasiun Lempuyangan, Edi, mengatakan adanya ketentuan yang melarang pedagang eceran membeli gas di agen secara tidak langsung menguntungkan dirinya, karena eceran wajib beli di pangkalan.
“Kalau dulu saat konversi minyak tanah ke gas, eceran bebas membeli gas ke agen, jadi harga di eceran dengan di pangkalan saling bersaing, tapi saat ini agen takut kasih ke eceran karena ada sanksinya,” katanya kepada Harian Jogja, Selasa (8/6).
Di sisi lain menurut Edi, larangan ini akan berdampak kenaikan harga elpiji. “Ya tadinya kan eceran dan pangkalan harganya bisa sama, tapi sekarang harga eceran pasti lebih tinggi dari pangkalan,” ujarnya.
Edi memperkirakan kenaikan harga berkisar antara Rp1.000-Rp2.000 per tabung. “Kalau dari agen saja sudah Rp12.000, lalu dari pangkalan bisa Rp13.000, ya sampai eceran pasti lebih tinggi lagi. Padahal saat ini normalnya di eceran cuma Rp13.500,” tuturnya.
Sementara itu pengelola agen elpiji PT Theruz Karya Sejahtera, Iwan, mengatakan pihaknya menerima saja keputusan Pertamina yang melakukan rayonisasi. “Ya kami sudah tahu hal ini sejak Maret lalu, jadi kami terima saja apapun keputusannya,” katanya.
Iwan mengatakan kenaikan harga itu pasti akan terjadi, namun bervariasi tergantung berapa pangkalan melepas ke eceran. “Ya pasti ada, tapi bervariasi tergantung masing-masing pangkalan ambil untung atas eceran,” paparnya.
Iwan mengatakan untuk agen miliknya, Pertamina memberikan batasan hanya 1.450 tabung per hari dan dirasa cukup untuk keadaan normal. Namun Iwan mengkhawatirkan apabila mendekati hari raya, seperti Lebaran atau Natal.
“Saya kurang tahu alokasi untuk hari raya, mungkin ada tambahan karena kalau sama dengan hari normal pasti kurang. Bisa juga berbentuk operasi pasar,” ungkapnya.
Dari pantauan Harian Jogja di sejumlah tempat, seperti Minggir, Sleman dan Bantul agen mulai membatasi distribusi elpiji. Mereka hanya memasok gas 3 kg antara 25%-50% dibanding hari-hari biasanya.
Sutarjimah, 57, pemilik Toko Lestari di Dusun Nyangkringan, Sendangrejo, Sleman mengatakan sejak adanya kebijakan rayonisasi gas elpiji, pedagang hanya dipasok 25% tabung gas elpiji dari biasanya. Biasanya dia mendapat jatah 200 tabung, tapi sekarang hanya disetori 40 tabung.
“Akibatnya banyak pengecer yang tidak mendapat jatah. Mereka juga hanya bisa membeli 4-5 tabung dari saya,” kata Sutarjimah.
Parwati, 36, pemilik pangkalan gas elpiji di Sendangrejo, Minggir mengaku pasokan gas elpiji juga dibatasi. Biasanya dia dipasok sebanyak 200 tabung gas, sekarang hanya dipasok 100 tabung gas, yang dipasok oleh PT Lentera Putera Sejahtera.
“Kasihan bakul-bakul kecil mereka hanya mendapat paling banyak 5 tabung gas karena yang membeli di saya sehari sampai 100 tabung gas,” kata dia.
Di tingkat pengecer, harga gas elpiji 3 kg saat ini menembus Rp14.000 per tabung. Padahal sebelumnya pengecer ada yang menjual hanya Rp12.750 per tabung. Alasannya, agen menaikkan biaya operasional pengiriman Rp500 per tabung.
Sukardi, 52, warga Morangan, Sleman, ketika ditemui di warungnya Jalan Magelang KM 13 mengatakan Senin (7/6) dia masih menjual Rp13.500 per tabung. “Karena tadi pihak agen (PT Expra Baru) menaikkan Rp500 pertabung, sekarang dijual Rp14.000,” jelasnya.
Disinggung alasan agen menaikkan harga, Sukardi menyatakan, kenaikan dipicu naiknya biaya operasional. “Ongkos tenaga angkutnya naik, jadi barangnya ikut naik,” kata dia.
Wati, 49, penjual angkringan yang menggunakan gas elpiji di Jalan Magelang justru resah jika harga elpiji 3kg naik. Alasannya, beban hidup masyarakat akan semakin susah.
Di Bantul, Rina Damaryanti, pengelola pangkalan gas elpiji Bantul Jaya mengatakan agen hanya memasok 50% gas elpiji ukuran 3 kg ke pangkalan. Dari kebutuhan 400 tabung gas, agen hanya mengirim 200 tabung. Akibatnya, stok gas elpiji sejak dua hari lalu tersendat.
“Pengisian gas elpiji 3 kg dari agen terlambat sejak dua hari lalu. Kami kekurangan stok,” ujarnya di Toko Bantul Jaya, Selasa (8/6).
Mayoritas pelanggan memilih tabung gas elpiji 3 kg dengan harga yang lebih terjangkau. Mereka berasal dari pengecer, peternak ayam, rumah makan, dan toko. “Kebutuhan pengecer biasanya hingga puluhan tabung gas. Sedangkan peternak ayam bisa mencapai 50 tabung per hari,” kata dia.
Pangkalan yang ada di Bantul, lanjut dia selama ini mendapat pasokan gas elpiji dari Agen yang berada di sekitar Perempatan Manding. Di Bantul, dari kebutuhan 11.000 tabung gas pascarayonisasi hanya dipasok sebesar 1.500 tabung. (TIA/HAR/SIM/DAS)
Oleh Wisnu Wardhana
HARIAN JOGJA
No comments:
Post a Comment