Wednesday, June 9, 2010

Mletik bikin komunitas Malioboro mletik...

20100609104458_AMU-Features2.gifSudah lebih dari sebulan ini, ada satu hal yang menarik mewarnai kawasan Malioboro. Bukan hanya kesibukan bertransaksi jual beli saja, saat ini Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan itu juga meluangkan waktu untuk membaca buku- buku yang disewakan oleh Pustaka Menyapa Malioboro, Mletik.
Mletik ini menyewakan koleksi- koleksi bukunya dengan cara berkeliling di Malioboro, terutama di sisi Barat. Awalnya, anggota Mletik ini menawarkan koleksi bukunya dengan menggunakan tas jinjing selayaknya pedagang rokok. Namun sejak lauching 31 Mei lalu, Mletik mendapatkan bantuan dua trolly (kereta dorong) dari salah satu universitas swasta di Jogja.
Selasa (8/6) sekitar pukul 11.00 WIB, suara lantang dari seorang anggota Mletik, Syaifudin keluar dari bibir megaphone memecahkan suasana jual beli di salah satu sudut di Malioboro. Ia menawarkan kepada sejumlah pedagang sambil mendorong trolly yang berisi koleksi buku. Pengeras suara itu merupakan bantuan dari Kapolsek Gedongtengen AKP Purnomo yang sengaja dipinjamkan kepada Mletik.
“Menawarkan kepada rekan- rekan, buku- buku untuk dapat dibaca dan menambah wawasan.” Begitulah suara lantang itu. Setidaknya ada dua trolly siang itu. Rombongan Mletik dipimpin Welly, 46. Pengawas Mletik itu sengaja ikut berkeliling karena pada awal bulan ini, ia harus menagih kepada para member. Tiap member ditarik iuran sebesar Rp2.000. Namun buku itu tidak cuma dipinjamkan kepada member saja. Siapa saja boleh meminjamnya secara gratis.
Hanya, bagi para member akan mendapatkan keuntungan di akhir bulan, yakni berupa doorprize undian dan grandprize pada akhir tahun berupa alat elektronik. Jumlah member saat ini sudah mencapai 200 orang. Para PKL pun menyambut baik hadirnya perpustakaan keliling tersebut.
Saat suara pengeras suara itu terdengar, mereka sudah menunggunya untuk segera tiba. Mereka ingin mengembalikan buku atau menyewanya kembali. Mayoritas buku- buku yang disewa adalah buku- buku rohani, menyusul masakan dan politik.
Namun demikian acap kali Mletik belum bisa memenuhi semua keinginan para pelanggan. Salah seorang pedagang kaos, Norman, 38, mengatakan dirinya lebih memilih buku- buku rohani untuk dibaca. “Biasanya saya meminjam buku rohani, agar bisa mendidik anak, “ kata dia yang mengaku saat ini tengah memiliki anak balita.
Welly mengatakan buku- buku yang disewa memang cenderung buku rohani. Ia mengatakan, saat ini baru ada 700 buku saja. Padahal, lanjut dia, idealnya dibutuhkan 2.000 buku. “Kondisi ini kadang kala membuat kita hanya bisa menyewakan sehari saja. Kalau sudah sampai 2.000 buku, kita bisa menyewakan dua hingga tiga hari,” tuturnya.

Oleh Andreas Tri Pamungkas
WARTAWAN HARIAN JOGJA

No comments:

Post a Comment